Kesehatan

Mitos dan Fakta tentang Vaksin & Imunisasi: Memecahkan Miskonsepsi Umum

Mitos pola hidup yang bersih sudah cukup tanpa vaksin

Imunisasi dan vaksin telah menjadi salah satu tonggak utama dalam dunia kesehatan modern, membantu mencegah penyakit-penyakit serius dan mengurangi angka kematian secara signifikan. 

Namun, bersamaan dengan manfaatnya, ada juga sejumlah mitos yang berkembang di sekitar imunisasi dan vaksin. Untuk memahami pentingnya vaksinasi dan meluruskan miskonsepsi yang mungkin ada, mari kita bahas beberapa mitos umum dan fakta yang sesungguhnya.

Mitos:

Pola hidup yang bersih sudah cukup tanpa vaksin.

Fakta:

Kebersihan dan sanitasi yang baik memang sangat penting dalam upaya pencegahan penyakit, tetapi menyatakan bahwa vaksin tidaklah penting adalah kesalahan. Penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi memiliki potensi untuk kembali menyerang jika program vaksinasi dihentikan. 

Meskipun peningkatan kebersihan, praktik cuci tangan yang baik, dan akses terhadap air bersih dapat membantu melindungi kita dari penyakit infeksi, kenyataannya banyak penyakit menular dapat tetap menyebar meskipun seseorang menjaga kebersihan dengan baik. 

Jika individu tidak divaksinasi, penyakit-penyakit yang sebelumnya jarang ditemukan seperti campak dan polio dapat dengan cepat muncul kembali, mengancam kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

Mitos:

Vaksin memiliki beberapa kerugian dan efek samping jangka panjang yang belum diketahui.

Fakta:

Sebagian besar reaksi setelah vaksinasi bersifat minor dan bersifat sementara, seperti nyeri pada tempat penyuntikan atau lengan, atau demam ringan. Masalah kesehatan serius atau berat akibat vaksinasi sangat jarang terjadi, dan ketika terjadi, mereka diinvestigasi dan dimonitor secara ketat. 

Risiko terkena penyakit serius karena tidak divaksinasi jauh lebih tinggi daripada risiko terkena efek samping vaksin. Sebagai contoh, polio dapat menyebabkan kelumpuhan, campak dapat menyebabkan radang otak dan kebutaan, dan beberapa penyakit lainnya bahkan dapat berakibat fatal. 

Meskipun kasus sakit serius atau kematian akibat vaksinasi jarang terjadi, manfaat yang diperoleh dari vaksinasi jauh lebih besar daripada potensi risikonya. Banyak penderitaan dan kematian yang dapat dicegah akan terjadi tanpa adanya vaksin.

Mitos:

Vaksin kombinasi difteri, tetanus, dan pertusis (batuk rejan) serta vaksin polio dapat menyebabkan Sindrom Kematian Bayi Mendadak (Sudden Infant Death Syndrome/SIDS). 

Fakta:

Faktanya, tidak ada hubungan sebab-akibat yang terbukti antara pemberian vaksin dengan kasus kematian mendadak pada bayi. Perlu dicatat bahwa vaksinasi biasanya dimulai pada masa ketika risiko SIDS pada bayi juga meningkat. 

Artinya, kejadian SIDS dapat terjadi baik dengan atau tanpa pemberian vaksin. Hal yang perlu diingat adalah bahwa vaksinasi melawan penyakit-penyakit ini penting karena mereka termasuk penyakit yang mengancam jiwa. Bayi yang tidak divaksinasi memiliki risiko tinggi terhadap penyakit-penyakit tersebut, yang dapat menyebabkan cacat berat hingga kematian.

Mitos:

Negara yang sudah tidak memiliki penyakit tertentu, tidak perlu vaksin kembali.

Fakta:

Walaupun penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi sudah jarang terjadi di banyak negara, agen infeksius yang menyebabkan penyakit tersebut masih beredar di beberapa wilayah di dunia. 

Agen-agen ini dapat menyebar lintas batas geografis dan menginfeksi siapa pun yang belum terlindungi. Terdapat dua alasan utama untuk melakukan vaksinasi, yaitu untuk melindungi diri kita sendiri dan juga orang-orang di sekitar kita. 

Program vaksinasi yang berhasil, seperti masyarakat yang sukses, memerlukan kerjasama dari setiap individu untuk menjamin kebaikan bersama. Kita tidak hanya boleh bergantung pada orang-orang di sekitar kita untuk menghentikan penyebaran penyakit; kita juga harus melakukan apa pun yang kita bisa.

Mitos:

Memberikan lebih dari 1 vaksin dalam waktu yang bersamaan dapat meningkatkan risiko timbulnya efek samping yang berbahaya.

Fakta:

Bukti ilmiah menegaskan bahwa memberikan beberapa vaksin secara bersamaan tidak berdampak buruk pada sistem kekebalan tubuh anak. Anak-anak secara alami terpapar oleh ratusan bahan asing yang dapat merangsang respons imun setiap hari. 

Hal-hal sederhana seperti makanan yang dikonsumsi menyebabkan tubuh terpapar pada antigen baru, dan berbagai bakteri yang ada di mulut dan hidung juga memberikan rangsangan serupa. Faktanya, seorang anak terpapar pada lebih banyak antigen dari penyakit ringan seperti flu atau sakit tenggorokan daripada yang diterima dari vaksin. 

Salah satu manfaat utama memberikan beberapa vaksin sekaligus adalah mengurangi frekuensi kunjungan, yang pada gilirannya menghemat waktu dan biaya, sementara anak-anak dapat menerima vaksin sesuai dengan jadwal yang direkomendasikan dengan lebih pasti. Dengan menerima vaksin kombinasi seperti MMR (campak-gondongan-rubela), anak-anak akan menerima jumlah suntikan yang lebih sedikit secara keseluruhan.

Memahami perbedaan antara mitos dan fakta tentang imunisasi dan vaksin adalah penting untuk membuat keputusan yang terinformasi tentang kesehatan Anda dan keluarga Anda. Konsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan Anda untuk mendapatkan informasi yang akurat dan relevan tentang vaksinasi. 

Ingatlah bahwa vaksinasi adalah salah satu cara paling efektif untuk melindungi diri sendiri, keluarga, dan komunitas dari penyakit menular yang serius.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai mitos dan fakta seputar vaksin dan imunisasi, Anda dapat mengunjungi Rumah Sakit Columbia Asia yang tersebar di Jakarta, Tangerang, Semarang, dan Medan.

Referensi: